0
Khutbah Bulan Shafar
Diposting oleh : Pangeran Lawu
Pada
02.05
,Label
Khutbah
Khutbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ
عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا
وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ.
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه
وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ
عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Di hari yang mulia ini – jumuah mubarokah, dan di waktu yang mustajabah
saat ini, saya mengajak dan berwasiat kepada diri pribadi dan jamaah sekalian :
marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Alloh, dengan
selalu melaksanakan perintah dan menajuhi laranganNya, dilandasi sabar dan
ikhlas.
Saat ini kita baru saja memasuki bulan shofar 1441H yang menjadi momen
sangat penting untuk merencanakan aktifitas, khususnya amaliyah yang berdimensi
akherat, dan semua aktifitas kita oleh Alloh difasilitasi ruang dan waktu, oleh
sebab itu thema khutbah kali ini adalah “ mensyukuri nikmat waktu “
Alloh mengingatkan manusia, tentang pentingnya memaksimalkan pemanfaatan nikmat
waktu, dalam surah al-ashr :
وَالْعَصْرِ﴿١﴾إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ﴿٢﴾إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [Al-‘Ashr/ 103: 1- 3]
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [Al-‘Ashr/ 103: 1- 3]
Pada zaman jahiliah, berkembang
anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial atau dikenal dengan istilah
tasyâ-um. Bulan yang tidak memiliki kehendak apa-apa ini diyakini mengandung
keburukan-keburukan sehingga ada ketakutan bagi mereka untuk melakukan hal-hal
tertentu. Pikiran semacam ini juga masih menjalar di zaman sekarang. Sebagian
orang menganggap bahwa hari-hari tertentu membawa hoki alias keberuntungan,
sementara hari-hari lainnya mengandung sebaliknya.
Padahal, seperti bulan-bulan
lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau ketentuan nasib buruk. Jika pun
ada kejadian buruk di dalamnya, maka itu semata-mata karena faktor lain, bukan
karena bulan Safar itu sendiri.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ
وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ
"Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah, shafar,
dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu
menjauh dari singa." (HR Bukhari dan Muslim)
'Adwa adalah
keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular dengan sendirinya, tanpa
sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah. Thiyarah adalah
keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah melihat burung. Dalam masyarakat
jahiliah ada mitos yang mengatakan, bila seorang keluar rumah dan menyaksikan
burung terbang di sebelah kanannya, maka tanda nasib mujur bakal datang.
Sementara bila melihat burung terbang di sebelah kirinya maka tanda kesialan
akan tiba sehingga sebaiknya pulang.
Sedangkan hamah adalah
semacam anggapan bahwa ketika terdapat burung hantu hinggap di atas rumah maka
pertanda nasib sial akan tiba kepada pemilik rumah tersebut. Tak beda jauh
dengan shafar yang diyakini sebagai waktu khusus yang bisa
mendatangkan malapetaka.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Islam tidak mengenal hari, bulan,
atau tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah
makhluk Allah. Waktu tidak bisa berdiri sendiri. Ia berada dalam kekuasaan dan
kendali penuh Rabb-nya. Setiap umat Islam wajib berkeyakinan bahwa pengaruh
baik maupun buruk tidak ada tanpa seizin Allah ﷻ.
Begitu juga dengan bulan Safar. Ia
adalah bagian dari dua belas bulan dalam satu tahun hijriah. Safar merupakan
bulan kedua dalam kalender Qamariyah, terletak sesudah Muharram dan sebelum
bulan Rabiul Awwal.
Ibnu Katsir ketika menafsirkan Surat
at-Taubah ayat 36 yang membicarakan tentang bilangan bulan dalam satu tahun,
menjelaskan bawah nama shafar terkait dengan aktivitas
masyarakat Arab terdahulu. Shafar berarti kosong. Dinamakan
demikian karena di bulan tersebut masyarakat kala itu berbondong-bondong keluar
mengosongkan daerahnya, baik untuk berperang ataupun menjadi musafir.
Rasulullah sendiri menampik anggapan
negatif masyarakat jahiliah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik
positif. Habib Abu Bakar al-‘Adni dalam Mandhûmah Syarh al-Atsar fî Mâ
Warada 'an Syahri Shafar memaparkan bahwa beberapa peristiwa
penting yang dialami Nabi terjadi pada bulan Safar, di antaranya pernikahan
beliau dengan Sayyidah Khadijah, menikahkah putrinya Sayyidah Fatimah dengan
Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah. Artinya,
Rasulullah membantah keyakinan masyarakat jahiliah bukan hanya dengan
argumentasi tapi juga pembuktian bagi diri beliau sendiri. Dengan melaksanakan
hal-hal sakral dan penting di bulan Safar, Nabi seolah berpesan bahwa bulan
Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya.
Hadirin,
Manusia diperintahkan untuk
senantiasa melakukan proses-proses dan tahapan-tahapan yang wajar. Islam adalah
agama yang sangat menghargai fungsi akal sehat. Karena itu, tiap pekerjaan amat
dianjurkan melalui satu perencanaan yang matang dan ikhtiar yang maksimal.
Selebihnya adalah doa dan kepasrahan total kepada Allah.
Sial atau beruntung merupakan
kelanjutan dari proses dan tahap tersebut, bukan pada mitos-mitos khayal yang
tak masuk akal. Untuk terbebas dari penyakit, manusia diperintahkan untuk hidup
bersih dan menghindari pengidap penyakit menular. Agar selamat dari bangkrut,
pedagang disarankan untuk membuat perhitungan yang teliti dan hati-hati. Agar
lulus ujian, pelajar mesti melewati belajar secara serius. Dan
seterusnya.
Menolak adanya "bulan
sial" dan "bulan beruntung" akan mengantarkan kita menjadi
pribadi yang wajar. Tidak malas ikhtiar karena merasa hari-harinya pasti
diliputi keberuntungan. Juga tidak dicekam kecemasan karena dihantui hari-hari
penuh sial. Sebagai hamba, manusia didorong untuk berencana, berjuang, dan
berdoa; sementara ketentuan hasil dipasrahkan kepada Allah. Dengan demikian,
saat menuai hasil, kita tetap bersyukur; dan tatkala mengalami kegagalan, kita
tidak lantas putus asa.
Kemudaratan dan kesialan dapat
menimpa kita kapan saja, tidak mesti pada bulan-bulan tertentu. Dari sinilah
kita diharapkan untuk selalu menjaga diri, melakukan usaha-usaha pencegahan,
termasuk dengan doa memohon perlindungan kepada Allah setiap hari. Doa yang
bisa dibaca adalah:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي
الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan menyebut nama Allah yang
bersama nama-Nya tidak akan ada sesuatu di bumi dan di langit yang sanggup
mendatangkan mudarat. Dialah Maha-mendengar lagi Maha-mengetahui.”
Barangsiapa yang membaca doa
tersebut pagi dan sore, maka ia tidak akan menerima akibat buruk dari
malapetaka. Keterangan tentang doa ini bisa ditemukan dalam hadits riwayat Abu
Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Keberuntungan sejati adalah ketika
seorang hamba mengisi waktunya, kapan saja itu, untuk menjalankan ketaatan
kepada Allah. Sebaliknya, kerugian terjadi adalah saat seseorang menyia-nyiakan
waktunya, termasuk ketika di bulan-bulan mulia sekalipun. Tidak ada bulan sial
atau tidak, yang ada adalah apakah perbuatan kita membawa maslahat atau tidak,
baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Inilah momentum baik untuk lebih
menghargai dan mensyukuri waktu, dengan membangun optimisme dan gairah menghamba
kepada Allah setulus-tulusnya dan beramal sebanyak-banyak dalam kualitas yang bagus
dan prima.
Sebab hakekat jati diri kita adalah, bahwa roh atau nyawa kita ini milik
Alloh dan akan kembali kepada Alloh, lalu jasad badan kita ini akan menjadi
rebutan belatung dan binatang tanah, adapun yang kembali dan dapat kita
harapkan kelak di akherat adalah amal kita.
Semoga kita semua menjadi peribadi-pribadi yang senantiasa dianugerahi
kekuatan untuk menggunakan secara optimal, waktu-waktu yang Allah anugerahkan
kepada kita untuk perbuatan dan pikiran yang berfaedah, membawa maslahat, baik
di dunia maupun di akhirat. Mudah-mudahan kita bahagia dunia dan akherat,Âmîn.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ
هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ
فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Posting Komentar